Sifilis ialah penyakit
infeksi oleh Treponema pallidum dengan
perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang
semua organ tubuh serta dapat terjadi sifilis kongenital.
Sifilis stadium I
terjadi tiga minggu (10-90 hari) setelah infeksi, timnul lesi pada tempat T. pallidum masuk. Terjadi afek primer
berupa papul yang erosif. Erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak
lurus yang disebut ulkus durum. Kadang-kadang terjadi edema induratif pada
pintu masuk T. pallidum, yang
tersering pada labia mayora. Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke
kelenjar inguinalmedial. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada
perabaan, tidak nyeri, soliter, dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Lesi
umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat juga eksregenital seperti bibir,
lidah, tonsil, puting susu, jari, dan anus.
Pada umumnya bila
gejala stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh. Waktu antara sifilis
stadium I dan II umumnya 6-8 minggu. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,
demam subfebril, anoreksia, nyeri pada tulang, dan nyeri leher biasanya
mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit berupa makula,
papul, pustul, dan rupia. Pada stadium II terdapat kelainan selaput lendir dan
limfadenitis yang generalisata.
Pada stadium III lesi
yang khas adalah guma yang dapat terjadi pada 3-7 tahun setelah infeksi. Guma dapat
timbul pada semua jaringan dan organ, yakni lambung, hepar, lien, paru, dan testis.
T.
pallidum dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah
janin yang disebut sifilis kongenital. Sifilis kongenital dini umumnya muncul 3
minggu setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel dan bula yang setelah
memecah membentuk erosi yang ditutupi krusta. Kelainan pada selaput lendir
berupa sekret hidung yang biasa bercampur darah. Kelainan pada tulang, terutama
tulang panjang, berupa osteokondritis yang khas pada foto Rontgen
Sifilis kongenital
lanjut teerdapat pada usia lebih dari 2 tahun.manifestasi klinis baru ditemukan
pada usia 7-9 tahun dengan adanya trias Hutchinson, yakni kelaianan pada mata
(keratitis interstisial yang dapat menyebabkan kebutaan), ketulian N VIII, dan
gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan kiri bentuknya seperti obeng)
Stigmata
terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk seperti murbai, dan penonjolan tulang
frontal kepala (frontal bossing).
Pengobatan
1. Sifilis
primer dan sekunder
- Penisilin
benzatin G dosis 4,8 juta unit injeksi intramuskular (2,4 juta unit/kali) dan
diberikan satu kali seminggu, atau
- Penisilin
prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi intramuskular sehari selama
10 hari, atau
- Penisilin
prokain +2% aluminium monostrearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4
juta unit/kali sebanyak 2 kali seminggu.
2. Sifilis
laten
- Penisilin
benzatin G dosis total 7,2 juta unit, atau
- Penisilin
G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari),
atau
- Penisilin
prokain +2% aluminium monostrearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2
juta unit/kali, 2 kali seminggu)
3. Sifilis
III
- Penisilin
benzatin G dosis total 9,6 juta unit, atau
- Penisilin
G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari),
atau
- Penisilin
prokain +2% aluminium monostearat, dosis tunggal 9,6 juta unit (diberikan 1,2
juta unit/kali, 2 kali seminggu).
4. Untuk
pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
- Tetrasiklin*
500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau
- Eritromisin
500 mg per oral 4 kali sehari selama 15 hari, atau
Untuk
pasien laten lanjut (>1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan :
- Tetrasiklin*
500 mg per oral 4 kali sehari selama 30 hari, atau
- Eritromisin
500 mg per oral 4 kai sehari selama 30 hari
*obat
ini tidak boleh deberikan kepada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak
0 komentar:
Posting Komentar